Senin, 26 Desember 2011

slank : music, identitas dan gaya hidup

Siapa yang tidak mengenal Slank, salah satu grup musik terbesar di republik ini. Dikenal melalui lirik lagu yang manis dan kritis menyuarakan suara rakyat, selain itu juga dikenal gaya slengean yang menjadi ciri khas mereka, dan salah satu hal yang tidak kalah menarik dari mereka adalah grup musik terbesar yang memiliki penggemar setia nan fanatik yang tersebar di seantero negeri, bahkan mancanegara. Berikut ini akan dibahas mengenai perjalanan Slank dan beberapa cerita yang mengiringi perjalanan mereka sehingga menjadi grup musik bernapas rock n roll yang mampu bertahan selama 28 tahun, sebuah pencapaian yang sangat membanggakan.
Slank bermula dari sebuah grup musik yang terdiri dari pelajar SMA Perguruan Cikini, Jakarta yang didirikan pada awal 1983 dan beranggotakan Bimo Setiawan alias Bim-Bim (drums), Boy (Gitar), Kiki (gitar), Abi (bass), dan Well-Welly (vokal). Pada awal kemunculannya, grup musik ini banyak membawakan lagu-lagu Rolling Stone dan beberapa lagu van Hallen, Led Zeppelin, dan Bob Marley. Mereka pun kerap tampil di beberapa acara musik yang diadakan di sekolah mereka.
Seiring dengan berjalan waktu, beberapa personel Cikini Stones Complex mulai jenuh membawakan lagu-lagu Rolling Stones dan beberapa lagu dari penyanyi atau grup musik rock lainnya. Salah satunya adalah Bim-bim, ia berinisiatif untuk membawakan lagu ciptaan sendiri. Usul Bim-bim mendapatkan reaksi beranekaragam, ada yang setuju dan ada juga yang tidak. Mereka yang tidak setuju memilih keluar, antara lain Boy, Abi, dan Well-Welly. Tidak lama setelah itu, posisi mereka pun digantikan oleh tiga personel baru, yakni Deni BDN (bass), Bongky (gitar), dan Erwan (vocal).
Pergantian tiga personel tersebut, juga berdampak pada pergantian nama grup yang mereka gunakan sebelumnya, Cikini Stones Complex kemudian berubah menjadi Red Evil. Hal ini terjadi pada pertengahan tahun 1983. Pasca pergantian nama tersebut, Red Evil pun semakin sering tampil di beberapa acara musik. Gaya berpakaian mereka tergolong nyeleneh, dan slengean. Terkadang mereka hanya mengenakan kaus bola dan sandal. Gaya mereka yang seperti ini, melekatkan image slengean dan pada tanggal 26 Desember 1983, Red Evil mulai ditanggalkan dan mereka mulai menggunakan Slank. Sejak saat itulah setiap tanggal 26 Desember diperingati sebagai hari jadi Slank.
Dalam perjalannya, Slank kerap mendapat masalah, yakni sering terjadinya pergantian personel. Beberapa alasan muncul sebagai penyebabnya, antara lain masalah studi, masalah keluarga, hingga dipaksa menikahi pacarnya yang telah hamil pra nikah. Pergantian personel terakhir sebelum masuk dapur rekaman terjadi pada tahun 1989, formasi Slank terdiri atas Bim-bim, Pay, Bongky, Indra Q, dan Kaka. Mereka pun siap masuk ke dapur rekaman. Beruntung mereka bertemu dengan Boedi Soesatyo, seorang produser label rekaman, Project Q.
Menurutnya, lagu-lagu Slank cukup unik dan berbeda dengan grup musik rock yang tengah ada pada saat itu. Sehingga ia pun mau mengajak Slank rekaman. Alhasil, Desember 1990, Slank pun merilis album pertamanya, Suit-suit He..He.. (Gadis Sexy). Cover album tersebut terdapat logo Slank bergambar kupu-kupu yang melambangkan kebebasan dan keindahan. Dalam album tersebut, terdapat sepuluh lagu dengan aliran rock n roll dan blues dengan tema yang beraneka, seperti cinta, sex and party,dan kritik sosial. Salah satu lagu yang menjadi andalan mereka adalah Maafkan.
Pasca dirilisnya album pertama tersebut, nama Slank semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Prestasi perlahan menghampiri. Salah satunya penghargaan dari BASF Award kategori Best Selling Album for Rock Category dan “Pendatang Baru Terbaik”. Eksistensi Slank pun tidak berhenti di situ. Berturut-turut hingga tahun 1995, mereka berhasil merilis empat album, yakni Kampungan (1992), Piss (1993), Generasi Biru (1994) (album perdana dengan status indie label di bawah naungan Piss Record), dan Minoritas (1995). Sebuah pencapaian yang membanggakan.
Pada tahun 1996, Slank mengalami sedikit kegoyahan, yakni keluarnya Bongky, Indra, dan Pay dari formasi Slank. Pasca keluarnya tiga personel tersebut, Bim-bim segera mencari penggantinya, dan bergabunglah Ivanka (bass) dan Reynold (gitar). Formasi ini ternyata berhasil melahirkan sebuah album bertajuk Lagi Sedih dengan lagu andalan Tonk Kosong. Setelah dirilis album tersebut, ternyata Reynold memilih keluar dari Slank. Slank pun segera mencari pengganti posisi gitaris melalui audisi. Tidak lama berselang bergabunglah dua personel baru, yakni Abdee dan Ridho sebagai gitaris.
Formasi ini yang kita kenal sampai sekarang, (baca: Bim-bim, Kaka, Ivanka, Abdee, dan Ridho). Mereka berhasil merilis tiga belas album, (belum termasuk album kompilasi, dan Original Sound Track). Album tersebut antara lain; Tujuh (1998), Mata Hati Reformasi (1998), 999+09 (1999), Virus (2000), Satu Satu (2003), Road To Peace (2004), PLUR (2005), Slankissme (2005), Slow But Sure (2007),  The Big Hip (2008), Anthem for The Broken Hearted (2009), dan Jurus Tandur (2010).
Beberapa tema lagu Slank
Slank memang terbilang unik, ketika penyanyi dan grup musik lain hanya membawakan lagu bertema cinta, Slank tidak demikian. Beberapa tema berbeda kerap dibawakan oleh Slank, antara lain cinta, kritik sosial, alam, gaya hidup, tema-tema ekspresif, dan tema-tema socia movement. Slank pun dikenal sebagai grup yang sering mengkritik pemerintah. Tentu kita masih ingat lagu Gossip Jalanan yang sempat membuat gerah anggota DPR pada tahun 2008. //Mau tahu gak mafia di Senayan// Kerjaannya tukang buat peraturan// Bikin UUD// Ujung-ujungnya Duit//. Sebenarnya, bukan kali ini saja Slank membawakan lagu bertema kritik sosial, dari album pertama Slank sudah membawakan lagu-lagu kritik sosial, seperti Apatis Blues, Piss, hingga Pak Tani.
Slank dan Slankers
Ketika kita membahas Slank, maka tidak akan dapat dipisahkan dari Slankers, komunitas penggemar yang sangat setia dan fanatik. Komunitas Gang Potlot ini telah ada sejak tahun 1983, bahkan sebelum Slank masuk dapur rekaman. (Wawancara dengan Bens Leo, 28 Maret 2011). Namun, nama Slankers baru digunakan pada tahun 1992, setelah album kedua dirilis. Gaya berpakaian Slank yang slengean dan gaya rambut gondrong ternyata banyak diikuti oleh penggemarnya. Para penggemar tersebut sering disapa Slank.
Untuk membedakan antara Slank dan penggemarnya, maka Kaka menjuluki me-reka dengan istilah Slankers. (Wawancara dengan Bim-bim, 1 Februari 2011). Jumlah pasti Slankers saat ini memang masih rancu. Jika diukur dari jumlah penjualan album Slank, maka jumlah Slankers mencapai angka 400.000 orang. (Lihat Mimpi Pulau Biru Sabang-Merauke dalam Gatra, 18 Januari 2003). Sebuah angka yang fantastis bagi komunitas penggemar grup musik di Indonesia. Tidak hanya disitu, simbol Slank bergambar kupu-kupu sering kita lihat tertera di bendera, kaus, sandal, dan atribut lainnya yang kerap digunakan oleh para Slankers.
Bahkan, hampir di setiap konser musik, bendera Slank dipastikan berkibar, meski terkadang Slank tidak tampil dalam konser tersebut. Maka tidak berlebihan jika saya menjuluki Slank sebagai “band sejuta umat”. Bagi Slankers, Slank bukan hanya sekedar musik, melainkan telah menjadi ideologi (baca: Slankissme). Slank tidak pernah bosan menyampaikan nilai positif di dalam setiap lagunya yang kemudian dijadikan pedoman bagi para penggemarnya. Slank telah menyebarkan virus perdamaian dan pembebasan bagi para generasi muda yang terkesan selalu digurui oleh tetua. Istilah Generasi Biru kerap disandangkan kepada para Slankers, generasi yang bebas, slengean tapi bertanggung jawab.
Hilir
Melalui lirik lagu, musik, gaya hidup slengean, Slank menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. Slank pun tidak dapat dipisahkan dari Slankers. Loyalitas mereka tidak perlu dipertanyakan. Bahkan saking banyaknya Slankers, Slank kerap didekati oleh beberapa partai politik, karena mereka melihat potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh Slank. SELAMA REPUBLIK INDONESIA MASIH ADA, SLANK AKAN TETAP ADA (Bim-bim).

smartphone



Lebih simpel dan hadirnya fitur-fitur terbaru yang didukung dengan akses langsung ke jejaring sosial membuatsmartphone dan kamera yang terdapat di dalamnya semakin diminati.
Sebuah survei yang dilakukan oleh NPD yang dilansir oleh intomobile.com menunjukkan hasil bahwa pengambilan foto menggunakan kamera smartphone telah meningkat dari 17% menjadi 27% pada tahun ini, sedangkan total penggunaan kamera digital untuk pengambilan foto telah merosot dari angka 52% ke 44%.
Secara tidak langsung hal ini mengindikasikan pengguna smartphone lebih memilih menggunakan kamera pada smartphonemereka untuk mengabadikan atau mengambil sebuah gambar, daripada menggunakan kamera digital lagi.
Akses jejaring sosial yang kian hari kian mudah, murah dan cepat sehingga dapat membagikan foto-foto langsung ke Facebook dan Twitter, menjadi salah satu alasannya. Lihat pula aplikasi foto populer Instagram yang bisa menghadirkan berbagai efek, tanpa harus menggunakan kamera DSLR atau pun menggunakan kamera digital yang membuat kita terkadang harus mengeditnya di berbagai macam software fotografi.
Tapi hasil penelitian ini bisa saja membuat para vendor kamera digital juga berinovasi. Siapa tahu beberapa tahun ke depan, sebuah kamera digital atau bahkan DSLR bisa juga menghadirkan akses khusus dengan terintegrasi ke jejaring sosial, atau bahkan memiliki efek-efek khusus seperti halnya, Instagram, Molome, atau Camera 360.

Hacking Adalah Kreativitas Tanpa Komputer


Banyak yang beranggapan bahwa seni meretas atau hacking identik dengan penggunaan komputer. Bagaimana tidak? Film-film bernuansa teknologi seperti The Social Network dan Hackers menunjukkan proses hacking yang selazimnya dilakukan para ahli dengan menggunakan komputer sebagai media meretas. Pendiri IDC Indonesia, Johar Alam Rangkuti, punya sudut pandang lain dalam melihat hacking.
Saat tim Yahoo! Indonesia mengunjungi kantor IDC Indonesia pada Selasa, 20 Desember 2011 lalu, Johar bercerita mengenai pertama kali dia mendapat inspirasi hacking, “Kisah hacking saya pertama adalah sekitar tahun 1977, saat pertama kali mendapatkan komputer Radio Shack TRS-80 Model 1. Tapi bukan dengan komputer itu saya melakukan hacking.” 
Johar mengisahkan bahwa keingintahuannya terhadap komputer tersebut memancing dia untuk membaca majalah Creative Computing, media yang membawanya masuk ke alam komputasi dengan referensi teknis mendalam. “Itu adalah pertama kalinya saya memegang komputer. Saya tak tahu mau belajar dari mana, tidak ada yang bisa mengajarkan saya menggunakan itu. Maka saya cari cara untuk mempelajarinya.” 
Johar bernostalgia, “Saya melihat ayah membayar tagihan restoran dengan kartu kredit. Di situ dia hanya menandatangani struk yang sudah ada nomor kartu kreditnya. Saya pikir, tidak mungkin provider kartu tersebut di luar sana melacak tanda tangan ayah saya. Maka saya memesan majalah tersebut dengan ‘mencuri’ nomor kartu kredit ayah dan memalsukan tanda tangannya. Sebulan kemudian majalah Creative Computing berdatangan ke rumah saya.”
Pria eksentrik yang menyebut dirinya sebagai “tukang internet” ini menambahkan, “Yang saya tekankan dari keberhasilan saya mendatangkan majalah tersebut bukan karena proses mencuri nomor kartu kredit, tapi dengan bagaimana Anda berkreasi terhadap apapun. Hacking itu murni kreativitas.” 
Johar yang juga merupakan pendiri jaringan interkoneksi nasional IIX ini menyebut MacGyver sebagai ‘hacker’ favorit, “Orang itu gila. Dia bisa membuat apapun menjadi benda dengan fungsi yang sangat berbeda dari asalnya.” Hacking, baginya tidak selalu membutuhkan komputer sebagai media, namun seberapa jauh orang itu berkreasi atas sesuatu di sekitarnya.
Tapi tidak bisa disangkal, kemampuan hacking, seperti menerobos jaringan, membuat para hacker Indonesia juga sempat terlibat dalam perang dunia maya yang sifatnya besar dan Johar pun terlibat di dalamnya untuk menjadi salah satu ‘tentaranya’ tersebut. “Ada dua perang terbesar yang saya dan teman-teman internet di Indonesia alami. Pertama adalah perang melawan China pada tahun 1998 dan melawan orang-orang di Irlandia pada 1999.” Johar mengisahkan bahwa tak jarang isu politik merupakan latar belakang terjadinya perang di internet. “Berbagai jenis serangan seperti pelumpuhan jaringan sampai perusakan perangkat keras dari jauh terjadi saat itu.” 
Walau terlibat di dalam perang dunia maya tersebut, Johar menekankan, “Hacking ‘kan murni kreativitas. Sesuatu yang merusak bagi saya tidak tergolong hacking.”

Planet baru


REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Misi Kepler dari badan antariksa Amerika Serikat (NASA) memastikan telah menemukan dua planet seukuran Bumi yang mengorbiti sebuah bintang seperti Matahari dalam sistem tata surya kita, demikian NASA seperti dikutip Reuters, Kamis (22/12)
NASA menyebut penemuan ini adalah tonggak bersejarah dalam misi pencarian planet-planet serupa Bumi.
Kedua planet yang dinamai Kepler-20e dan Kepler-20f ini adalah planet-planet terkecil di luar sistem tata surya yang dikonfirmasi mengelilingi sebuah bintang seperti Matahari, demikian NASA.
Kedua planet baru  ini terlalu dekat ke bintang mereka untuk bisa disebut berada di zona layak ditempati kehidupan (habitable zone) di mana ada air likuid pada permukaan planet.
"Penemuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa planet-planet seukuran Bumi ada di sekitar bintang-bintang lain (di luar Matahari) dan bahwa kita mampu mendeteksinya," kata Francois Fressin dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics di Cambridge, Massachusetts.
Kedua planet baru ini diyakini sebagai planet berbatu.  Kepler-20e agak lebih kecil dibandingkan Venus, dengan radius 0,87 kali dari jari-jari Bumi.

Kepler-20f sedikit lebih besar dibandingkan Bumi dengan jari-jari 1,03 kali jari-jari Bumi. Kedua planet ini berada di sistem beranggotakan lima planet yang dinamai dengan Kepler-20, sedangkan jaraknya adalah 1.000 tahun cahaya dalam konstelasi Lyra.
Kepler-20e mengorbiti bintangnya setiap 6,1 hari, sementara Kepler-20f mengorbit setiap 19,6 hari.Kepler-20f, yang bersuhu 800 derajat Fahrenheit, mirip dengan rata-rata hari planet Merkurius.
Suhu di permukaan Kepler-20e yang mencapai lebih dari 1.400 derajat Fahrenheit, bisa melelehkan kaca.
Teleskop ruang angkasa Kepler mendeteksi planet-planet dan calon planet dengan mengukur kekuatan cahaya lebih dari 150.000 bintang ketika planet-planet melintas di depan bintang-bintangnya. (*)